Выбрать главу

Hening sejenak. Sebelum ada yang mulai bicara, pintu terbuka dan Rogers masuk.

Dia berkata sambil melihat pada setiap orang,

“Ada sesuatu yang Anda perlukan?”

Tuan Justice Wargrave menggerakkan badannya. Dia berkata,

“Jam berapa biasanya perahu itu datang?”

“Antara jam tujuh dan delapan, Tuan. Kadang-kadang jam delapan lebih. Saya tidak tahu apa yang dilakukan Fred Narracot pagi ini. Kalau dia sakit dia akan digantikan adiknya.”

Philip Lombard berkata, “Jam berapa sekarang?”

’Jam sepuluh kurang sepuluh, Tuan.”

Alis mata Lombard terangkat. Dia menganggukkan kepala pada dirinya sendiri.

Rogers menunggu sejenak.

Tiba-tiba jenderal Macarthur berkata dengan keras,

“Ikut berdukacita atas meninggalnya istrimu, Rogers. Dokter baru saja memberi tafiu kami.”

Rogers menundukkan kepalanya.

“Ya, Tuan. Terima kasih, Tuan.”

Dia mengambil piring ham yang kosong dan keluar.

Sepi lagi.

III

Di teras luar Philip Lombard berkata,

“Tentang perahu itu—”

Blore memandangnya.

Blore menganggukkan kepalanya.

Dia berkata,

“Saya tahu apa yang Anda pikirkan, Tuan Lombard. Saya sendiri menanyakan pertanyaan yang sama pada diri saya. Perahu motor itu seharusnya sudah ada di sini kurang lebih dua jam yang lalu. Tapi sampai sekarang belum datang juga. Mengapa?”

“Sudah menemukan jawabnya?” tanya Lombard.

Ini bukan suatu kebetulan — itulah yang saya katakan. Ini merupakan bagian dari rencana keseluruhan. Semua saling berkaitan.”

Philip Lombard berkata,

“Anda pikir perahu itu tidak akan datang?”

Sebuah suara terdengar di belakangnya — suara marah dan tidak sabar.

“Perahu motor itu tidak datang,” katanya.

Blore sedikit menggerakkan bahunya yang bidang dan memperhatikan si pembicara dengan seksama.

“Anda juga berpendapat demikian, jenderal?”

Jenderal Macarthur berkata dengan tajam,

“Tentu saja perahu itu tidak akan datang. Kita mengharap perahu itu bisa membawa kita dari pulau ini. Itulah maksudnya. Kita tidak akan meninggalkan pulau ini… Tidak seorang pun dari kita yang akan meninggalkan pulau… Ini adalah akhir-akhir segalanya….”

Dia ragu-ragu, kemudian dia berkata dengan suara rendah dan aneh,

“Itulah kedamaian — betul-betul kedamaian. Sampai pada akhir — tidak perlu meneruskan… Ya, damai…”

Dia berbalik dengan cepat dan pergi. Berjalan sepanjang teras, menuruni karang curam terus ke laut — ke ujung pulau di mana bongkah-bongkah karang masuk ke dalam air.

Dia berjalan dengan agak sempoyongan; seperti orang yang setengah tidur.

Blore berkata,

“Satu orang lagi yang gila! Kelihatannya kita semua akan seperti dia.”

Philip Lombard berkata, “Saya rasa Anda tidak, Blore.” Bekas inspektur itu tertawa.

“Perlu usaha yang cukup keras untuk membuat saya begitu.” Dia menambahkan dengan getir, “Dan saya rasa Anda juga tidak akan demikian, Tuan Lombard.”

Philip Lombard berkata, “Saya merasa cukup waras pada saat ini. Terima kasih.”

IV

Dokter Armstrong keluar, ke teras. Dia berdiri di sana dengan ragu-ragu. Di sebelah kirinya ada Blore dan Lombard. Di sebelah kanan ada Wargrave, yang perlahan-lahan berjalan mondar-mandir dengan kepala tertunduk.

Setelah sesaat ragu-ragu, Armstrong menoleh pada Wargrave.

Tapi pada saat itu Rogers keluar rumah dengan tergopoh-gopoh.

“Bisakah saya bicara dengan Anda, Tuan?”

Armstrong menoleh.

Dia terkejut melihat laki-laki itu.

Wajah Rogers pucat. Tangannya gemetar.

Keadaan ini berbeda sekali dengan sikapnya beberapa menit yang lalu sehingga Armstrong dengan segera mengikutinya.

“Saya ingin bicara dengan Anda, Tuan. Di dalam, Tuan.”

Tuan Dokter berputar dan masuk kembali ke dalam rumah bersama-sama pelayan yang sedang kebingungan itu. Dia berkata,

“Ada apa, Rogers? Tenangkan hatimu.”

“Ke dalam sini, Tuan. Silakan ke dalam.”

Dia membuka pintu ruang makan. Tuan Dokter lewat.

Rogers mengikuti dan menutup pintu.

“Nah,”’ kata Armstrong. “Ada apa?”

Rogers berusaha untuk bicara. Dia menelan ludah. Dia berkata dengan terburu-buru,

“Ada sesuatu yang terjadi yang saya tidak mengerti, Tuan.”

“’Sesuatu? Apa itu?”

“Anda akan mengira saya gila, Tuan. Anda akan mengatakan itu bukan apa-apa. Tetapi ini harus dijelaskan, Tuan. Harus ada penjelasan.. Sebab hal itu tidak masuk akal.”

“Baiklah, katakan hal itu. Jangan bicara berbelit-belit.”

Rogers menelan ludah lagi.

Dia berkata,

“ Ini — tentang boneka porselin kecil itu, Tuan. Yang ada di tengah meja. Boneka porselin kecil. Dulu ada sepuluh biji. Saya berani sumpah ada sepuluh.”

Armstrong berkata,

“Ya, sepuluh. Kami menghitungnya pada waktu makan malam kemarin.”

Rogers mendekatinya.

“Itulah, Tuan. Kemarin malam, ketika saya membersihkan meja, hanya ada sembilan biji. Saya tahu hal itu dan saya anggap aneh. Tetapi saya hanya berpikir sampai di situ saja. Dan sekarang Tuan, pagi ini. Saya tidak memperhatikannya ketika saya menyiapkan makan pagi. Tetapi, Tuan, ketika saya membersihkan meja — lihatlah sendiri Tuan bila Anda tidak percaya. Hanya tinggal delapan, Tuan! Hanya delapan! Sulit dipercaya, bukan? Hanya delapan…”

Bab tujuh

I

Setelah makan pagi Emily Brent mengajak Vera Daythorne naik ke puncak pulau lagi dan meliha kalau-kalau perahu datang. Vera setuju.

Angin berhembus menyegarkan. Ujung-ujung ombak yang putih bermunculan di laut. Tak kelihatan perahu nelayan keluar — dan tidak ada tanda-tanda perahu motor itu.

Desa Sticklehaven tidak kelihatan, hanya bukit di atasnya saja yang terlihat; karang merah yang menonjol menyembunyikan teluk kecil di dekatnya.

Emilly Brent berkata,

“Laki-laki yang menyeberangkan kita kemari kelihatannya bisa dipercaya. Sangat aneh kalau pagi ini dia terlambat datang.”

Vera tidak berkata apa-apa. Dia tengah berusah menekan rasa panik dalam hatinya.

Dia marah pada dirinya sendiri.

“Kau harus tenang. Kau tidak seperti biasanya. Kau biasanya bisa menguasai diri.”

Sesaat kemudian dia berkata keras-keras,

“Saya harap perahu itu datang. Saya — saya ingin pergi.”

Emily Brent berkata dengan suara getir,

“Kita semua pun demikian.”

Vera berkata,

“Semuanya begitu luar biasa… kelihatannya tidak — tidak mengandung arti apa-apa.”

Wanita tua di sampingnya berkata dengan cepat,

“Saya jengkel dengan diri saya sendiri karena begitu mudah terbujuk. Bila kita teliti surat itu memang benar-benar aneh. Tetapi pada waktu itu saya sama sekali tidak ragu-ragu sama sekali tidak.”

Vera asal bergumam saja, “Saya kira memang demikian.”

“Orang sering kali menggampangkan sesuatu,” kata Emily Brent.

Vera menarik napas dalam dengan gemetar.

Dia berkata,

“Apakah Anda berpendapat — sebagaimana yang Anda katakan pada waktu makan tadi?”

“Coba Anda katakan dengan lebih jelas apa yang Anda maksud.”

Vera berkata dengan suara rendah,

“Apakah menurut Anda Rogers dan istrinya benar-benar membunuh wanita tua itu?”