Выбрать главу

Vera berkata perlahan-lahan,

“Ya, saya rasa itu mungkin…”

Lombard berkata,

“Kalau menurut Anda siapa?”

Tanpa ragu-ragu Vera menjawab,

“Dokter Armstrong.”

Lombard bersiul.

“Dokter? Saya memberi tempat di barisan paling akhir.”

Vera menggelengkan kepala.

“Oh, tidak. Dua dari kematian itu adalah karena racun. Itu mengarah pada dokter. Dan kemudian Anda harus mengakui bahwa fakta yang meyakinkan adalah dia memberikan obat tidur itu kepada Nyonya Rogers.”

Lombard mengakui.

“Ya, itu memang benar.

Vera tetap bertahan.

“Kalau seorang dokter menjadi gila, maka orang baru curiga setelah jangka waktu cukup lama. Dan dokter-dokter terlalu banyak kerja. Mereka tegang.”

Philip Lombard berkata,

“Ya, tetapi saya tidak yakin bahwa dia yang membunuh Macarthur. Dia tidak akan punya cukup waktu ketika saya tinggalkan — kecuali kalau dia meloncat ke sana dan balik lagi dengan cepat, dan saya kurang yakin bahwa dia cukup terlatih untuk melakukan hal itu tanpa menunjukkan tanda apa-apa.”

Vera berkata,

“Dia tidak melakukannya ketika itu. Dia punya kesempatan kemudian.”

“Kapan?”

“Ketika dia turun untuk memanggil makan si jenderal.”

Philip bersiul lagi perlahan-lahan. Dia berkata,

“Jadi Anda berpikir dia melakukannya kemudian. Luar biasa.”

Vera berkata dengan tidak sabar,

“Apa risikonya? Dia adalah satu-satunya orang di sini dengan pengetahuan medis. Dia bisa bersumpah bahwa mayat itu telah sejam yang lalu meninggal dan tidak akan ada yang menolak pernyataan itu.”

Philip memandangnya sambil berpikir.

“Anda tahu,” katanya, “ide Anda sangat bagus. Saya rasa”

II

“Siapa dia, Tuan Blore? Itulah yang ingin saya ketahui. Siapa?”

Wajah Rogers berubah. Tangannya memegang erat kulit yang tergosok mengkilat.

Bekas Inspektur Blore berkata,

“He, itulah masalahnya!”

“Beliau mengatakan salah seorang darl kita. Yang mana? Itu yang ingin saya ketahui. Siapakah iblis berbentuk manusia itu?”

“Itu,” kata Blore, “adalah yang kita semua ingin tahu.”

Rogers berkata dengan keras kepala,

“Tetapi Anda punya pendapat, bukan?”

“Saya mungkin punya gambaran,” kata Blore pelan-pelan. “Tetapi belum bisa dibuktikan. Saya mungkin salah. Yang bisa saya katakan, bila saya benar, orang tersebut pasti sudah biasa melakukannya.”

Rogers mengusap keringatnya dari dahi. Dia berkata dengan suara serak,

“Seperti mimpi buruk saja.”

Blore berkata sambil melihat curiga,

“Engkau sendiri bagaimana, Rogers? Punya pendapat?”

Pelayan itu menggelengkan kepala. Dia berkata dengan parau,

“Saya tidak tahu. Sama sekali tidak tahu. Dan itulah yang menakutkan bagi saya. Tidak punya pendapat apa-apa…”

III

Dokter Armstrong berkata marah,

“Kita harus keluar dari sini — harus — harus! Dengan risiko apa pun!”

Tuan Justice Wargrave memandang ke luar jendela. Dia mempermainkan tangkai kaca matanya. Dia berkata,

“Tentu saja saya bukan peramal cuaca. Tapi saya kira dalam waktu dua puluh empat jam tidak mungkin ada perahu yang akan kemari — meskipun mereka tahu keadaan kita. Dan seandainya ada, hanya akan mereka lakukan bila angin sudah berhenti.”

Dokter Armstrong menahan kepalanya dengan dua tangannya dan mengeluh.

Dia berkata,

“Dan sementara itu kita mungkin akan dibunuh di tempat tidur?”

“Saya harap tidak,” kata TuanJustice Wargrave. “Saya akan mencegah hal semacam itu.”

Dokter Armstrong berpikir bahwa seorang tua seperti Tuan Hakim itu tentunya lebih berhati-hati dalam hidup daripada orang muda. Dia sering menjumpal kenyataan itu dalam karir profesinya. Dan dia yang mungkin dua puluh tahun lebih muda dari hakim itu, mempunyai daya mempertahankan diri yang lebih rendah daripadanya.

Tuan Justice Wargrave berpikir:

“Pembunuhan di tempat tidur! Dokter-dokter itu semua sama saja — mereka selalu memikirkan sesuatu yang klise. Pikiran yang sangat sederhana.”

Dokter berkata,

“Ingat, sudah ada tiga korban.”

“Tentu saja. Tetapi Anda harus ingat bahwa mereka itu tidak siap diserang. Kita sudah diperingatkan.”

Dokter Armstrong berkata dengan getir,

“Apa yang akan kita lakukan? Cepat atau lambat —”

“Saya kira,” kata Tuan Justice Wargrave, “ada beberapa hal yang bisa kita lakukan.”

Armstrong berkata,

“Kita bahkan tidak tahu siapa dia-”

Tuan Hakim mengelus dagunya dan menggumam,

“Oh, saya tidak berpendapat begitu.”

Armstrong menatapnya.

“Maksud Anda, Anda tahu?”

Tuan Justice Wargrave berkata dengan hati-hati,

“Terus terang saja saya memang tidak punya bukti-bukti yang memang diperlukan pada sidang pengadilan. Tetapi kalau kita kaji semuanya, ada seseorang yang kelihatan cukup jelas. Ya, saya kira begitu.”

Armstrong menatapnya.

Dia berkata,

“Saya tidak mengerti.”

IV

Nona Brent naik ke atas dan masuk ke dalam kamarnya.

Dia mengambil Alkitab-nya dan duduk di dekat jendela.

Dia membuka Alkitab. Kemudian, setelah ragu-ragu sebentar, diletakkannya buku itu dan dia melangkah ke meja rias. Dari laci dikeluarkannya sebuah buku catatan bersampul hitam.

Dibukanya buku itu dan dia mulal menulis.

“Sesuatu yang mengerikan telah terjadi. Jenderal Macarthur meninggal (kemenakannya menikah dengan Elsie MacPherson). Tidak diragukan lagi bahwa dia dibunuh. Setelah makan siang, Tuan Hakim berpidato sangat menarik. Dia yakin bahwa pembunuh itu adalah salah satu dari kami. Ini berarti bahwa salah seorang dari kami dikuasai roh jahat. Saya sudah mencurigai hal itu.

Siapa? Mereka masing-masing menanyakan hal yang sama. Saya sendiri tahu… Dia sesaat duduk tidak bergerak. Matanya menjadi kabur dan berkaca-kaca. Pensil itu tetap menari-nari dalam jari-jarinya. Dengan huruf-huruf besar yang tidak rapi karena tangannya gemetar dia menulis:

“NAMA PEMBUNUH ITU ADALAH BEATRICE TAYLOR…”

Matanya tertutup.

Tiba-tiba dia terkejut. Dia melihat bukunya.

Dengan seruan marah mencoret huruf-huruf yang tertulis miring dan kabur itu.

Dia berkata dengan suara rendah,

“Apakah saya yang menulis itu? Saya? Saya pasti sudah gila…”

V

Badai bertambah kencang. Angin menderu menghempas sisi rumah.

Semua orang ada di ruang keluarga. Merrka duduk bergerombol dengan lesu. Dan, dengan sembunyi-sembunyi, mereka saling memperhatikan.

Ketika Rogers membawa masuk nampan teh, mereka semua meloncat. Dia berkata,

“Apakah tirai itu perlu ditutup? Akan kelihatan menyenangkan.”

Setelah mereka menyatakan setuju, tirai itu pun ditutup dan lampu dinyalakan. Ruangan menjadi lebih semarak.

Bayang-bayang gelap sedikit terangkat. Tentunya besok pagi badai akan berhenti dan seseorang akan datang — sebuah perahu motor akan datang.

Vera Daythorne berkata,

“Apakah Anda akan menuangkan teh ini, Nona Brent?”