Wanita tua itu menjawab,
“Tidak, Anda saja. Teko teh itu terlalu berat. Dan saya kehilangan dua gelendong benang rajut abu-abu. Menjengkelkan.”
Vera melangkah ke meja teh. Terdengar bunyi riang dentingan barang-barang porselin. Suasana normal telah kembali.
Teh!. Teh sore hari yang menyenangkan! Philip Lombard mengatakan sesuatu yang menggembirakan. Blore menanggapi. Dokter Armstrong mengisahkan cerita lucu, Tuan Justice Wargrave yang biasanya tidak suka the menghirup tehnya dengan senang.
Dalam suasana santai itu Rogers datang.
Dan Rogers kebingungan. Dia berkata dengan gugup dan kacau,
“Maaf, Tuan, tapi apakah ada yang tahu di mana tirai kamar mandi?”
Kepala Lombard tersentak.
“Tirai kamar mandi? Apa maksudmu, Rogers?”
“Tirai itu hilang, Tuan. Lenyap. Saya berkeliling menutup semua tirai, tapi tirai yang di kamar mandi tidak ada.”
Tuan Justice Wargrave bertanya,
“Apakah tadi pagi tirai itu masih ada?”
“Oh, ya Tuan.”
Blore berkata,
“Seperti apa tirai itu?”
“Sutera merah, Tuan. Cocok dengan porselin kamar mandi.”
Lombard berkata,
“Dan sekarang hilang?”
“Hilang, Tuan.”
Mereka saling berpandangan.
Blore berkata dengan berat,
“Yah — mau apa? Memang gila — tapi hal-hal lain pun demikian. Tidak apa-apa. Tidak bisa membunuh orang dengan tirai sutera. Lupakan saja.”
Rogers berkata:
“Ya, Tuan, terima kasih, Tuan.”
Dia keluar dan menutup pintu.
Selubung ketakutan kembali datang di dalam ruangan itu.
Lagi-lagi, dengan sembunyi-sembunyi mereka saling memperhatikan.
VI
Makan malam tiba, dihabiskan, dan dibersihkan. Makanan yang sederhana, kebanyakan makanan kaleng.
Setelah makan mereka pergi ke ruang keluarga.
Ketegangan itu terasa begitu berat untuk dipikul.
Pada jam sembilan Emily Brent berdiri.
Dia berkata,
“Saya akan tidur.”
Vera berkata,
“Saya juga.”
Kedua wanita itu naik ke atas dengan diantar oleh Lombard dan Blore. Sambil berdiri di atas tangga kedua laki-laki itu memperhatikan kedua wanita itu masuk ke kamar masing-masing dan mengunci pintu.
Mereka mendengar suara kunci diputar.
Blore berkata dengan menyeringai,
“Tidak perlu lagi menyuruh mereka mengunci pintu!”
Lombard berkata,
“Yah, setidak-tidaknya untuk malam ini mereka selamat!”
Dia turun diikuti Tuan Blore.
VII
Satu jam kemudian keempat laki-laki itu masuk ke kamar masing-masing. Mereka naik bersama-sama. Rogers yang sedang berada di ruang makan dan menylapkan meja untuk esok pagi melihat mereka berempat naik tangga. Dia mendengar mereka berhenti di ujung tangga.
Lalu terdengar suara Tuan Hakim,
“Rasanya saya tidak perlu mengingatkan Anda untuk mengunci pintu kamar.”
Blore berkata,
“Juga sebaiknya Anda meletakkan kursi di bawah handel pintu. Kunci bisa dibuka dari luar.”
Lombard bergumam,
“Blore, rasanya Anda terlalu banyak tahu!”
Tuan Hakim berkata dengan sedih,
“Selamat malam, Tuan-tuan. Mudah-mudahan besok pagi kita bisa bertemu kembali dengan selamat.”
Rogers keluar dari ruang makan dan menyelinap ke tangga. Dia melihat empat orang memasuki empat pintu dan dia mendengar bunyl keempat kunci yang diputar, dan gesekan empat gerendel.
Dia menganggukkan kepala.
“Baik,” bisiknya.
Dia kembali ke ruang makan. Ya, semua sudah siap untuk makan pagi. Matanya menatap bagian tengah meja kaca, pada ketujuh boneka porselin.
Tiba-tiba dia menyeringai.
Dia bergumam,
“Saya tak akan membiarkan mempermainkan saya malam ini.”
Dia menyeberangi ruangan dan mengunci pintu dapur. Kemudian melalui pintu yang lain dia menuju ruang tamu, mengunci pintu, dan memasukkan kuncinya ke dalam sakunya.
Kemudian dia mematikan lampu dan bergegas naik, masuk ke dalam kamarnya yang baru. Hanya ada satu tempat yang bisa dijadikan tempat persembunyian di situ, lemari yang tinggi itu. Dia segera membuka lemari itu. Setelah mengunci dan menggerendel pintu, dia siap untuk tidur.
Dia berkata sendiri,
“Tidak ada permainan negro lagi malam ini. Aku telah menjaganya…”
Seorang pun.
Bab sebelas
I
Philip Lombard mempunyai kebiasaan bangun pada waktu subuh. Dan dia pun melakukan hal yang sama pagi ini. Dia bangun dan mendengarkan. Angin sudah agak reda, tetapi masih terdengar keras. Dia tidak mendengar suara hujan… Pada jam delapan angin bertiup lebih kencang, tapi Lombard tidak mendengarnya. Dia tertidur lagi. Pada jam setengah sepuluh dia duduk di pinggir tempat tidurnya melihat jam. Dia mendekatkannya ke telinga. Kemudian bibirnya terbuka dan mulutnya membentuk senyum serigala yang menjadi ciri khasnya.
Dia berkata dengan halus,
“Rasanya sudah tiba saatnya untuk melakukan hal ini. Pada jam sepuluh kurang dua puluh dia mengetuk pintu Blore yang masih tertutup. Blore membuka pintu dengan hati-hati. Rambut nya kusut dan matanya masih mengantuk.
Philip Lombard berkata dengan riang,
“Enak tidurnya? Kelihatannya Anda gampang terbangun.”
Blore berkata pendek,
“Ada apa?”
Lombard menjawab,
“Apakah ada yang memanggil Anda — atau membawakan teh? Jam berapa sekarang?”
Blore menoleh ke belakang dan melihat jam kecil di dekat tempat tidurnya.
Dia berkata,
“Sepuluh kurang dua puluh lima. Sulit dipercaya saya bisa tidur selama itu. Mana Rogers?”
Philip Lombard berkata,
“Saya juga ingin bertanya?”
“Apa maksud Anda?” tanya Blore dengan tajam.
Lombard berkata,
“Maksud saya Rogers telah hilang. Dia tidak ada di kamar dan juga tidak di tempat lain. Dan dia tidak masak air. Api di dapur pun, tidak dinyalakan.”
Pelan-pelan Blore menyumpah. Dia berkata,
“Di mana setan itu? Di luar pulau? Tunggu, saya akan ganti baju. Coba tanya yang lain, barangkali mereka tahu.”
Philip Lombard mengangguk. Dia menyusuri pintu-pintu yang masih tertutup.
Dia bertemu dengan Armstrong yang sudah bangun dan hampir selesai berpakaian. Tuan Justice Wargrave, seperti Blore, harus dibangunkan. Vera Daythorne telah siap. Kamar Emily Brent kosong.
Rombongan kecil itu bergerak ke seluruh pelosok rumah. Ketika Philip Lombard memeriksa kamarnya, Rogers tidak ada.
Tempat tidurnya memang dipakai tadi malam, pisau cukur, sabun, dan spons-nya basah.
Lombard berkata,
“Dia telah bangun.”
Dengan susah payah Vera berusaha menguasai suaranya dan berkata dengan suara rendah,
“Apa dia tidak — bersembunyi di suatu tempat — menunggu kita?”
Lombard berkata,
“Nona, saya sudah memikirkan kemungkinan-kemungkinan bagi setiap orang! Nasihat saya sebaiknya kita tetap berkumpul sampai kita menemukannya.”
Armstrong berkata,
“Dia pasti sudah di luar pulau ini.”.
Blore bergabung dengan mereka. Dia telah rapi berpakaian meskipun belum bercukur. Dia berkata,
“Di mana Nona Brent — ini juga misterius.”
Tetapi ketika mereka sampai di ruang tamu, Emily Brent masuk melalui pintu depan. Dia memakai jas hujan. Dia berkata,
“Laut tetap tinggi. Saya rasa tidak ada perahu yang ke luar hari ini.”
Blore berkata,
“Apakah Anda berjalan-jalan di pulau sendirian, Nona Brent? Apakah Anda tidak menyadari bahwa yang Anda lakukan itu berbahaya?”