Ya, tetapi bila tidak? Seandainya rencana itu gagal? Cyril mungkin bisa diselamatkan pada waktunya. Dan kemudian — kemudian dia akan berkata,
“Nona Claythorne bilang saya bisa.” Bagaimana? Setiap orang harus menghadapi risiko! Kalau itu terjadi dia akan berkata,
“Mengapa kamu berbohong, Cyril? Tentu saja saya tidak pernah berkata begitu?” Mereka akan percaya kepadanya. Cyril sering berkata yang tidak-tidak. Dia anak yang suka berbohong. Tentu saja Cyril akan tahu. Tapi itu tidak apa-apa… dan tidak akan ada apa-apa. Dia akan berpura-pura menyelatnatkan anak itu. Tetapi dia akan datang terlambat… Tidak akan ada yang mencurigainya…
Apakah Hugo mencurigai dia? Itukah sebabnya Hugo memandangnya dengan pandangan aneh dan menerawang?…
Apakah Hugo tahu?
Itukah sebabnya dia bergegas pergi setelah selesai pemeriksaan?
Hugo belum menjawab surat yang dikirimkan kepadanya…
Hugo…
Vera berbalik-balik dengan gelisah di tempat tidurnya.
Tidak, tidak, dia harus tidak memikirkan Hugo. Itu sangat menyakitkan! Itu semua sudah lewat, lewat dan habis… Hugo harus dilupakan.
Mengapa malam ini tiba-tiba dia merasa bahwa Hugo bersama-sama dengan dia di dalam kamar?
Dia memandang langit-langit, memandang lengkungan logam hitam di tengah-tengah kamarnya.
Dia belum pernah mellhat benda itu sebelumnya.
Ganggang laut itu digantungkan di situ.
Dia gemetar ketika mengingat sentuhan-basah dan lembab di lehernya.
Dia tidak suka lengkungan di langit-langit itu. Benda itu menarik mata, mempesona… lengkungan hitam besar…
V
Bekas Inspektur Blore duduk di pinggir tempat tidurnya.
Matanya yang kecil dan merah itu kelihatan waspada. Dia kelihatan seperti babi liar yang menunggu mangsa.
Dia merasa tidak ingin tidur.
Kejahatan itu tambah mendekat… Sudah enam dari sepuluh orang yang terbunuh.
Dan Hakim Tua yang bijaksana, hati-hati, dan cerdik itu pun pergi bersama-sama yang lain.
Apa yang dikatakan si Tua itu?
“Kita harus waspada…”
Lelaki tua yang munafik, sombong, dan merasa diri benar. Duduk di ruang pengadilan, merasa seperti Tuhan Yang Mahabesar. Memang lebih baik begitu… dia tidak perlu berhati-hati lagi.
Dan sekarang tinggal empat. Gadis itu, Lombard, Armstrong, dan dia sendiri.
Sebentar lagi salah satu dari mereka akan pergi…
Tapi bukan William Henry Blore. Dia akan menjaga dirinya.
(Tapi pestol itu… Apa yang terjadi dengan pestol itu? Ini adalah hal yang paling merisaukan — pestol itu!)
Blore duduk di tempat tidurnya, keningnya mengernyit dan matanya yang kecil mengerut ketika dia memikirkan pestol itu…
Dalam keheningan dia mendengar suara jam berdentang di lantai bawah.
Tengah malam.
Dia agak santai sekarang — bahkan mulai berbaring di atas tempat tidurnya. Tetapi dia tidak membuka baju.
Dia berbaring dan berpikir. Mengkaji seluruh peristiwa dari permulaan dengan sistematis, dengan susah-payah — sebagaimana yang dilakukannya ketika dia masih bekerja sebagai polisi. Pada akhirnya, ketelitianlah yang akan membuahkan hasil.
Lilin di kamar hampir padam. Sambil meraba-raba korek api dia meniup mati lilin.
Anehnya, dia merasa tidak bisa tenang dalam kegelapan. Seolah-olah ketakutan yang terpendam berjuta tahun timbul dan menguasai pikirannya. Wajah-wajah melayang di udara — wajah Tuan Hakim dengan kepala bermahkota benang wool wajah Nyonya Rogers yang dingin dan mati — wajah Anthony Marston yang tersedak kebiruan.
Sebuah wajah lagi — pucat, berkaca mata, dengan kumis kecil kecoklatan.
Wajah yang pernah dilihatnya beberapa waktu yang lalu — tapi kapan? Bukan di pulau ini. Tidak, lebih awal dari itu.
Lucu, dia tidak bisa menyebutkan namanya… sebenarnya wajah yang tolol — wajah orang yang mudah ditipu.
Tentu sajal.
Pikiran itu mengejutkannya.
Landor!
Aneh, bila dipikir — dia bisa melupakan Landor begitu saja. Kemarin dia berusaha membayangkan wajahnya tetapi gagal.
Dan sekarang wajah itu terlihat gamblang, setiap garis wajahnya terlihat jelas, seolah-olah baru kemarin dia melihatnya.
Landor punya seorang istri — seorang wanita yang langsing dengan wajah yang selalu kuatir. Dia juga mempunyai anak, seorang gadis berumur empat belas tahun. Untuk pertama kalinya dia bertanya-tanya apa yang terjadi dengan mereka?
(Pestol itu. Apa yang terjadi dengan pestol itu? Ini lebih penting).
Semakin dia berpikir tentang hal ini, semakin bingung dia… Dia tidak mengerti persoalan pestol itu.
Seseorang di rumah ini menyimpan pestol itu… Di ruang bawah, jam berdentang satu kali.
Pikiran Blore terputus. Dia duduk di atas tempat tidurnya, tiba-tiba dia siap. Dia mendengar suara-suara yang sangat pelan — di luar kamar tidurnya.
Ada seseorang yang berjalan dalam kegelapan.
Keringat meleleh dari dahinya. Siapa gerangan yang berjalan dengan hati-hati di sepanjang lorong itu?
Dia yakin bahwa orang itu mempunyai maksud yang tidak baik!
Walaupun badannya berat, tanpa suara dia bangkit dari tempat tidurnya dan dengan dua langkah dia sudah berdiri di dekat pintu, mendengarkan.
Tapi suara itu tidak terdengar lagi. Namun demikian, Blore yakin bahwa dia tidak keliru. Dia mendengar langkah kaki di luar pintunya. Bulu kuduknya sedikit meremang. Dia mengenal takut lagi…
Seseorang bergerak perlahan-lahan di waktu malam.
Dia mendengar — tapi suara itu tidak terulang lagi.
Dan sekarang sebuah godaan baru menyerangnya.
Dia ingin sekali keluar dan menyelidiki. Seandainya saja dia, bisa melihat siapa yang sedang mencari mangsa dalam kegelapan.
Tetapi membuka pintu berarti melakukan perbuatan bodoh. Mungkin sekali itulah yang diharapkan oleh orang tersebut. Dia bahkan mungkin sengaja membuat Blore mendengar suara untuk memancing agar dia keluar.
Blore berdiri dengan kaku — mendengarkan.
Sekarang dia bisa mendengar macam-macam suara, keretak, desau, bisikan-bisikan misterius — tetapi otaknya yang realistis Sadar apa itu sebenarnya yaitu kreasi khayalannya sendiri.
Dan kemudian, tiba-tiba dia mendengar sesuatu yang bukan khayalannya. Langkah-langkah kaki, sangat halus, sangat hati-hati, tetapi cukup jelas terdengar oleh orang yang mendengarkan dengan kedua telinganya seperti yang dilakukan oleh Blore.
Langkah-langkah itu terdengar halus sepanjang lorong (baik kamar Lombard maupun Armstrong terletak lebih jauh dari tangga daripada kamarnya). Tanpa ragu-ragu langkah-langkah itu melewati kamarnya.
Ketika itulah Blore membuat keputusan.
Dia akan melihat siapa dia! Langkah-langkah itu dengan pasti melewati kamarnya menuju tangga. Kemana orang itu?
Dan jika Blore bergerak, maka dia akan bergerak dengan cepat dan mengherankan karena dia kelihatan begitu berat dan lamban. Dia berjingkat kembali ke tempat tidur, memasukkan korek api ke dalam sakunya, melepas steker lampu di atas tempat tidurnya dan melilitkan kabel pada steker itu. Benda itu terbuat dari khrom dengan dasar ebonit yang berat — sebuah senjata yang berguna.
Dia meloncat tanpa suara ke pintu kamar, mengangkat kursi dari bawah, handel pintu — dan dengan hati-hati membuka kunci dan gerendel pintunya. Dia keluar ke lorong. Dari bawah terdengar suara samar-samar. Dengan berkaus kaki Blore berlari menuju tangga tanpa bersuara.
Pada saat itu barulah dia sadar mengapa dia bisa mendengar suara-suara tadi dengan jelas. Tidak ada angin sama sekali, dan langit pasti terang. Ada cahaya bulan yang terlihat sedikit dari jendela di dekat tangga yang menerangi ruangan di bawah.