“Tetapi kursi itu kami temukan tidak dalam keadaan habis disepak. Kursi itu diletakkan di dekat dinding dengan rapi, sama seperti kursi-kursi yang lainnya. Itu dilakukan setelah Vera Claythorne meninggal — oleh seseorang lainnya.
“Teori ini menunjuk Blore sebagai pelakunya. Jadi setelah dia menembak Lombard dan membuiuk Vera Claythome antuk menggantung diri dia keluar dan menjatuhkan sebuah jam marmer di atas kepalanya sendiri dengan mengikatkan seutas tali atau semacamnya — wa, saya tidak bisa menerima teori ini. Laki-laki tidak bunuh diri dengan cara demikian — dan lagi Blore bukanlah tipe laki-laki yang demikian. Kita kenal Blore — dan dia bukanlah tipe yang bisa dituduh sebagai orang yang punya fanatisme terhadap rasa keadilan.”
Pembantu Komisaris berkata,
“Saya setuju.”
Inspektur Maine berkata,
“Dan karena itu, Pak, pasti ada orang lain di pulau itu. Seseorang yang membereskan dan merapikan segalanya setelah pekerjaan itu selesal. Tetapi di mana dia — dan ke mana dia pergi? Orang-orang Sticklehaven yakin bahwa tidak ada orang yang bisa melninggalkan pulau itu sebelum perahu penolong datang. Tetapi kalau begitu-”
Dia berhenti.
Pembantu Komisaris berkata,
“Kalau begitu —”
Dia menghela napas. Dia menggelengkan kepalanya.
Dia membungkuk ke depan. “Tetapi kalau begitu,” katanya, “siapa yang membunuh mereka.”
Sebuah naskah dokumen yang dikirim ke Scotland Yard oleh pemilik kapal ikan “Emma Jane”
Di awal masa muda-ku aku sudah menyadari adanya kontradiksi-kontradiksi di dalam diriku. Aku punya imajinasi romantis yang tidak bisa disembuhkan. Praktek melempar botol ke laut dengan dokumen penting di dalamnya merupakan suatu hal yang sangat kusenangi ketika membaca cerita-cerita petualangan pada masa kanak-kanakku. Dan sampai sekarang hal itu masih juga menggetarkan hatiku. Untuk maksud itulah aku melakukan hal ini — menulis pengakuanku, memasukkannya ke dalam botol, menutupnya rapat-rapat, dan melemparkannya ke dalam ombak. Aku kira, tipis kemungkinannya bahwa pengakuanku ini ditemukan seseorang dan kemudian (Apakah ini menyenangkan hatiku?) sebuah misteri pembunuhan yang tidak terpecahkan akan menjadi jelas.
Aku dilahirkan dengan sifat-sifat lain di samping kesenanganku memimpikan hal-hal yang romantis. Aku punya kesenangan akan perbuatan sadis dengan melihat atau menimbulkan kematian. Aku ingat percobaan yang kulakukan dengan lebah — dengan bermacam-macam lebah kebun.
Sejak kecil aku merasakan suatu dorongan untuk membunuh yang amat kuat di dalam diriku.
Akan tetapi di samping dorongan itu, aku juga punya keinginan kuat untuk melakukan hal yang sebaliknya — dorongan untuk berbuat adil. Aku tidak tahan dan merasa muak melihat seseorang atau seekor makhluk yang tak berclosa menderita atau mati, karena perbuatanku. Aku selalu merasa bahwa kebenaran harus ditegakkan.
Dengan demikian bisalah dimaklumi — aku rasa seorang ahli psikologi akan mengerti — bahwa dengan sikap mental demikian, aku mengambil profesi di bidang hukum. Profesi ini sangat memuaskan diriku.
Tindakan kriminal dengan hukumannya selalu merupakan hal yang sangat menarik bagiku. Aku menikmati cerita-cerita detektif. Dan aku juga senang menciptakan cara-cara yang amat halus untuk melakukan suatu pembunuhan.
Ketika sudah tiba saatnya aku mengakhiri tugasku di ruang pengadilan, instingku yang satu ini menjadi semakin kuat dan besar. Melihat seorang penjahat meronta-ronta di dermaga, menderita siksaan yang dijatuhkan kepadanya, dan perlahan-lahan menemui ajalnya, merupakan hal yang sangat menyenangkan hatiku. Tapi ingat, aku tidak tahan melihat seorang yang tidak berdosa tersiksa. Dua kali aku menghentikan kasus di mana aku merasa bahwa terdakwa tidak bersalah, dan meyakinkan juri bahwa kasus itu tidak ada. Aku menghargai polisi-polisi yang telah melakukan tugasnya dengan adil dan efisien, karena pada umumnya para terdakwa yang dibawa ke pengadilan benar-benar bersalah.
Aku ingin membicarakan mengenai kasus Edward Seton. Wajah dan tingkah lakunya memberikan kesan yang keliru dan dia memberikan kesan yang baik di depan juri. Tidak hanya bukti-bukti nyata, tetapi pengetahuanku tentang kriminalitas meyakinkan diriku bahwa laki-laki itu benar-benar bersalah dan dia memang melakukan pembunuhan sadis pada seorang wanita tua yang memberinya kepercayaan. Aku punya reputasi sebagai hakim tukang gantung, tapi ini tidak adil. Aku selalu memegang prinsip — keadilan dan teliti pada hal yang sekecil-kecilnya dalam menjatuhkan putusan untuk setiap kasus.
Yang kulakukan adalah melindungi juri dari pengaruh emosi yang dibuat oleh pembela. Aku mengarahkan perhatian mereka pada bukti-bukti yang sebenarnya.
Selama beberapa tahun aku merasakan suatu perubahan dalam diriku, yaitu mengendornya kontrol — munculnya keinginan untuk berbuat dan bukan menghakimi.
Aku ingin — terus terang saja — melakukan suatu pembunuhan. Aku mengenal keinginan ini sebagai suatu keinginan seorang seniman untuk mengekspresikan dirinya! Aku menjadi seorang seniman kriminalitas! Dengan kontrol dari pengalaman profesiku, imajinasiku diam-diam tumbuh menjadi suatu dorongan yang kuat.
Aku harus — aku harus — aku harus — melakukan pembunuhan! Dan bukan pembunuhan biasa! Aku akan melakukan perbuatan kriminal yang fantastis — besar — luar biasa! Dalam hal ini aku menginginkan imajinasi seorang dewasa.
Aku menginginkan sesuatu yang teatris, yang tidak mungkin!
Aku ingin membunuh… Ya, aku ingin membunuh…
Tetapi — walaupun ini kelihatan aneh bagi orang lain — aku merasa terhalang oleh rasa keadilanku. Yang tidak berdosa tidak boleh menderita.
Dan kemudian, dengan tiba-tiba, ide itu timbul karena percakapan yang kulakukan dengan seorang dokter. Dia berkata, begitu sering terjadi pembunuhan yang tidak bisa tersentuh hukum.
Dan dia memberi contoh sebuah kasus — seorang wanita tua, bekas pasiennya, yang baru, saja meninggal. Dia sendiri yakin bahwa kematian wanita itu disebabkan karena obat yang seharusnya diberikan kepadanya ditahan oleh pasangan suami-istri yang menjaganya. Pasangan ini akan memperoleh banyak warisan karena kematiannya. Dia menerangkan bahwa hal semacam itu sulit dibuktikan, tetapi dia sangat yakin akan hal yang telah terjadi. Dia menambahkan bahwa banyak lagi kasus-kasus dengan sifat yang sama terjadi setiap saat — kasus-kasus pembunuhan yang disengaja tetapi tidak terjamah oleh tangan-tangan hukum.
Itulah permulaan dari peristiwa ini. Tiba-tiba saja aku melihat jalan yang licin. Dan aku mengambil keputusan untuk tidak melakukan satu pembunuhan saja, tapi pembunuhan besar-besaran.
Aku teringat akan sebuah sajak anak-anak — sajak tentang sepuluh anak Negro. Sebagai anak-anak berumur dua tahun aku sangat tertarik pada sajak itu — yang walaupun sudah lama tetapi tidak pernah hilang — karena selalu terdengar berulang-ulang.
Diam-diam aku mulai mengumpulkan korban..
Aku tidak akan menceritakan dengan terperinci bagaimana aku melakukan hal itu. Aku mempunyai kesempatan untuk mengadakan percakapan secara rutin yang aku lakukan dengan hampir setiap-orang yang kutemui — dan hasilnya sangat menakjubkan. Ketika aku berada di rumah sakit, aku mengumpulkan kasus Dokter Armstrong. Seorang wanita yang antiminuman keras datang kepadaku dan dengan sungguh-sungguh menerangkan betapa jahat pengaruh minuman keras karena bisa menyebabkan seorang pasien terbunuh di meja operasi. Pertanyaan yang sambil lalu kuajukan memberikan data yang kuperlukan. Aku menyelidiki dan menemukan dokter dan pasien yang diceritakan tanpa kesulitan.
Suatu percakapan di antara bekas anggota-anggota militer yang sudah tua di Club-ku memberikan nama jenderal Macarthur. Seorang laki-laki yang baru saja kembali dari Amazon menyumbangkan cerita singkat tentang kegiatan Philip Lombard. Seorang wanita di Majorca dengan marah menceritakan dongeng Emily Brent yang sok suci dengan pembantu rumah tangganya. Aku mengambil Anthony Marston dari sekelompok orang yang pernah melakukan kejahatan yang sama. Sikapnya yang tak acuh dan tak bertanggungjawab membuat dia seorang yang berbahaya bagi masyarakat dan tidak cocok untuk dibiarkan hidup. Cerita tentang bekas Inspektur Blore aku dengar dari kawan-kawan sejawatku, yang sedang membicarakan kasus Landor secara terbuka. Aku menganggap hal itu sangat penting karena seorang polisi, yang adalah penegak hukum, harus mempunyai integritas tinggi. Apa yang mereka katakan, harus bisa dipercaya.