Выбрать главу

Dia meletakkan bawaannya dengan hati-hati. Satu dua menit berikutnya adalah acara membagi minuman. Jenderal Macarthur minum Whisky kental, demikian pula Tuan Hakim. Setiap orang merasa memerlukan perangsang. Hanya Emily Brent yang minta segelas air.

Dokter Armstrong masuk ke dalam ruangan lagi.

“Dia tidak apa-apa,” katanya. “Saya telah memberinya obat penenang. Apa itu, minuman? Saya juga mau.”

Beberapa tamu pria mengisi gelas mereka lagi.

Tidak lama kemudian Rogers masuk ke dalam ruangan.

Tuan Justice Wargrave memimpin sidang. Ruangan itu menjadi ruang sidang.

Tuan Hakim berkata,

“Baiklah, Rogers, kita harus mulai dari awal. Siapakah Tuan Owen ini?”

Rogers menatapnya.

“Dia pemilik rumah ini, Tuan.”

“Saya tahu. Yang ingin saya tanyakan apa yang kauketahui tentang dia?”

Rogers menggelengkan kepalanya.

“Saya tidak bisa mengatakan apa-apa, Tuan. Saya belum pernah bertemu dengan dia.” Ada sedikit keresahan dalam ruangan itu. Jenderal Macarthur berkata, “Engkau belum pernah bertemu dia? Apa maksudmu?”

“Saya dan istri saya belum seminggu di sini, Kami dihubungi dengan surat melalui suatu Agen Regina di Plymouth.”

Blore mengangguk.

“Perusahaan yang sudah cukup tua,” katanya.

Wargrave berkata,

 ’Apakah suratnya kaubawa?”

“Surat penerimaan kami? Tidak, Tuan. Saya tidak menyimpannya.”

“Teruskan ceritamu. Kau dihubungi dengan surat.”

“Ya, Tuan. Kami harus datang pada hari yang telah ditetapkan. Dan itu kami lakukan. Segala sesuatu telah disiapkan di sini. Banyak persediaan makanan, semuanya baik dan menyenangkan. Kami hanya perlu membersihkan sedikit-sedikit saja.”

“Apa lagi?”

“Tidak ada lagi, Tuan. Kami mendapat perintah dengan surat juga — untuk menyiapkan air kamar tamu untuk pesta di rumah. Dan kemarin petang saya mendapat surat lagi dari Tuan Owen. Dia mengatakan bahwa kedatangan mereka tertunda dan bahwa saya harus melayani dengan baik. Surat itu juga berisi instruksi untuk makan malam dan kopi dan menyetel piringan hitam.”

Tuan Hakim berkata dengan tajam,

“Tentunya surat itu masih ada, bukan?”

“Ya, Tuan, ini dia.”

Dia mengeluarkannya dari saku. Tuan Hakim mengambilnya. “Hm,” katanya. “Kertas surat Hotel Ritz dan diketik.”

Tiba tiba saja Blore sudah ada di sampingnya. Dia berkata, “Boleh saya melihatnya?”

Diambilnya surat itu dari tangan Tuan Hakim dan dibacanya. Dia menggumam,

“Mesin Coronation. Masih baru tidak ada cacatnya. Kertasnya — kertas yang banyak dipakai orang. Tidak ada petunjuk sama sekali. Mungkin sidik jari, tapi saya rasa tidak ada.”

Wargrave memandangnya penuh perhatian.

Anthony Marsten berdiri di samping Blore dan ikut melihat surat itu. Dia berkata,

“Nama baptisnya aneh bukan? Ulick Norma Owen. Panjang sekali.”

Tuan Hakim berkata,

“Anda benar, Tuan Marston. Anda telah mengalihkan perhatian saya pada suatu hal yang penting.”

Dia melihat berkeliling sambil menjulurkan lehernya dan bagaikan kura-kura marah dia berkata,

“Saya kira sudah tiba waktunya bagi kita semua untuk mengumpulkan keterangan. Sebaiknya setiap orang memberikan keterangan mengenai pemilik rumah ini.” Dia berhenti dan kemudian meneruskan,  “Kita semua tamunya. Saya rasa dengan menceritakan dari awal bagaimana sampai kita datang ke sini, akan sangat membantu memecahkan persoalan ini.”

Suasana hening sesaat dan kemudian Emily Brent berbicara dengan tegas,

“Ada sesuatu yang ganjil dalam kejadian ini,” katanya. “Saya menerima surat dengan tanda tangan yang tidak begitu jelas untuk dibaca. Surat itu menunjukkan dari seorang wanita yang pernah saya jumpai pada suatu tempat rekreasi musim panas dua atau tiga tahun yang lalu. Saya rasa namanya adalah Ogden atau Oliver. Saya memang kenal dengan Nyonya Oliver atau Nyonya Ogden. Saya yakin sekali bahwa saya tidak pernah bertemu atau menjadi akrab dengan seseorang yang bernama Owen.”

Tuan Justice Wargrave berkata,

“Anda menyimpan surat itu, Nona Brent?”

“Ya, akan saya ambil.”

Dia pergi, dan sebentar kemudian dia kembali dengan surat tersebut.

Tuan Hakim membacanya. Dia berkata,

“Saya mengerti… Nona Daythorne?”

Vera menerangkan bagaimana dia diterima sebagai sekretaris.

Tuan Hakim berkata,

“Marston?”

Anthony berkata,

“Saya mendapat telegram dari seorang teman bernarna Badger Berkeley. Memang saya agak heran waktu itu karena saya pikir dia telah pergi ke Norwegia. Dia menyuruh saya ke sini.”

Tuan Hakim mengangguk lagi. Dia berkata,

“Dokter Armstrong?”

“Saya mendapat panggilan profesional.”

“Begitu? Sebelumnya Anda tidak mengenal keluarga ini?”

“Tidak. Dalam surat itu dia menyebut-nyebut seorang teman saya.”

Tuan hakim berkata,

“Untuk mengelabui… ya, dan saya kira teman Anda itu sudah lama tidak berjumpa dengan Anda?”

“Ya, benar.”

Lombard yang sejak tadi memandang Blore tiba-tiba berkata,

“Saya baru saja berpikir —”

Tuan Hakim mengangkat tangannya.

“Sebentar —”

“Tetapi saya kira –”

“Kita akan menyelesaikan persoalan satu persatu, Tuan Lombard. Sekarang ini kita sedang membicarakan sebab-sebab kita berada di sini malam ini Jenderal Macarthur?”

Sambil memelintir kumisnya jenderal itu mengumam,

“Terima surat — dari si Owen itu — menyebu-nyebut beberapa kawan lama akan datang ke sini — dia minta maaf karena mengundang secara tidak resmi. Sayang saya tidak menyimpan suratnya.”

Wargrave berkata, “Tuan Lombard?”

Pikiran Lombard bekerja. Apakah dia akan berterus terang atau tidak? Akhirnya dia memutuskan,

“Sama dengan yang lain,” katanya. “Undangan menyebut beberapa teman — dan saya tertarik. Saya telah menyobek surat itu.”

Tuan Justice Wargrave mengalihkan perhatiannya pada Tuan Blore. Jari telunjuknya mengusap bibir atasnya dan suaranya sopan tetapi bernada mengancam.

Dia berkata,

“Kita baru saja mengalami sesuatu yang agak mengganggu. Suatu suara tanpa orang telah berbicara dengan menyebut nama kita masing-masing dan menyebutkan tuduhan-tuduhan. Kita akan menghadapi tuduhan itu nanti. Pada saat ini saya tertarik pada suatu hal kecil. Di antara nama-nama yang disebut terdapat nama William Henry Blore. Tapi, di sini tidak ada seorang pun dengan nama itu. Nama Davis tidak disebut. Apakah Anda bisa menerangkan hal ini, Tuan Davis?”

“Rupanya kucing itu harus keluar dari karung. Terus terang saja nama saya bukan Davis.”

“Anda William Henry Blore?”

“Benar.”

“Saya akan menambahkan sesuatu!” kata Lombard. “Anda tidak hanya memalsukan nama, Tuan Blore, tetapi saya juga melihat Anda sebagai seorang penipu kelas satu pada sore ini. Anda bilang berasal dari Natal, Afrika Selatan. Saya tahu tentang Afrika Selatan dan Natal, dan saya bersedia bersumpah bahwa Anda sama sekali tidak pernah menginjakkan kaki ke Afrika Selatan selama hidup Anda.”

Semua mata beralih kepada Blore. Mata yang marah dan penuh curiga. Anthony Marston mendekat selangkah kepadanya. Kedua jari tangannya mengepal.

“Nah, Babi,” katanya, “Ada keterangan?”

Blore menarik kepalanya ke belakang dan berkata,

“Anda semua salah sangka,” katanya. “Saya punya kartu pengenal dan Anda bisa melihatnya. Saya adalah bekas seorang CID. [Criminal Investigation Department, Biro Penyelidikan Kriminal] Saya punya agen detektif di Plymouth. Dan saya ditugaskan,di sini.”

Tuan Justice Wargrave bertanya,

“Oleh siapa?”

“Oleh si Owen ini. Dia menyertakan sejumlah uang yang cukup banyak untuk biaya dan menginstruksikan saya apa yang diinginkannya. Saya harus bergabung dalam pesta ini, berperan sebagai tamu. Saya diberi semua nama Anda. Saya diberi tugas untuk memperhatikan Anda semua.”